Sekarang bukan eranya lagi perang dengan hanya mengandalkan kekuatan fisik, sekarang adalah eranya perang infomasi. Barang siapa yang lebih cepat, lebih lengkap, dan lebih akurat dalam mengelola informasi, dia lah yang akan keluar menjadi pemenang. Itulah kira-kira intisari dari ilustrasi pembuka yang disampaikan oleh Sofyan Gani Aldinata, narasumber acara Pelatihan Jurnalistik Dasar Tahap I yang diselenggarakan oleh  Penggerak Pembina Generus (PPG) Surabaya Selatan, Kamis (19/2).

Pelatihan yang digelar di Sekretariat PPG Surabaya Selatan ini diikuti peserta utusan dari Penanggung Jawab Kegiatan Belajar Mengajar (PJ KBM) di tiap PC dan PAC LDII korda Surabaya Selatan. Dalam mengikuti pelatihan peserta tampak antusias mereka aktif mencatat hal-hal yang dianggap penting. Tak jarang peserta mengacungkan tangan untuk bertanya tentang hal yang belum dimengerti di tengah-tengah penjelasan pemateri. Sofyan pun dengan antusias menjawab, terkadang juga disertai dengan contoh-contohnya.

pelatihan_jurnalis_pemula

Dalam pelatihan tersebut, Narasumber yang merupakan pengurus bidang ICT DPD LDII Kota Surabaya, membebaskan peserta untuk bertanya kapan saja jika merasa perlu, tidak harus menunggu materi selesai disampaikan. Bahkan, tidak hanya narasumber, peserta lain pun dapat ikut memberi jawaban, sesuai kemampuan dan pengalaman masing-masing. Apalagi, mayoritas peserta adalah anak muda dibawah 25 tahun yang kritis. Alhasil, sesi yang dikemas dengan format semi sharing tersebut jadi semakin hidup dan dinamis.

Acara yang digagas oleh PPG Surabaya selatan ini bertujuan untuk membina dan menggerakkan generasi penerus yang memiliki hobi menulis dan membaca. Tidak mensyaratkan peserta harus berusia kurang dari 25 tahun asalkan mampu dan berminat menjadi jurnalis, maka boleh mengikuti pelatihan yang baru pertama kali di adakan oleh penyelenggara ini. Namun, tampaknya banyak sekali darah muda yang tergelitik untuk mengikutinya.

Ide awal diadakannya acara ini bermula dari kegundahan ketua PPG korwil Surabaya Selatan, H. Bambang Raditya Purnomo SE, atas masih adanya pemberitaan-pemberitaan yang cenderung memojokkan Islam di media cetak dan elektronik, seperti  masalah terorisme,  dan kegiatan-kegiatan anarkis yang mengatasnamakan agama. Pemberitaan-pemberitaan tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi persepsi pembaca dan pendengarnya tentang Islam, sebagai agama yang keras dan tidak toleran. Padahal, banyak sekali kegiatan-kegiatan positif yang telah dilakukan, dan bisa diangkat sebagai sajian berita yang menarik. Contohnya kegiatan pembinaan remaja agar menjadi remaja yang ber-trisukses (alim, berahlakul Karimah, dan mandiri) yang dilakukan oleh PPG Surabaya Selatan.

“Ironis, masih sedikit kegiatan-kegiatan positif ini yang terpublikasikan di media, baik media cetak maupun elektronik, khususnya yang ditampilkan dalam website PPG Surabaya Selatan. Padahal banyak sekali kegiatan-kegiatan positif PPG Surabaya Selatan,” ujar Raditya.

Tanpa bermaksud Jumawa, menurut Raditya informasi-informasi positif yang disajikan dan dipublikasikan, khususnya tentang pembinaan generasi muda muslim, adalah salah satu bentuk dakwah modern yang sangat dibutuhkan saat ini.

Raditya menggambarkan, ibarat seorang ayah bersama anaknya yang naik bus yang penuh sesak, sementara anaknya rewel dan menangis dengan keras, sehingga mengganggu penumpang lainnya. Seluruh penumpang Bus menjadi jengkel dan akhirnya menegur sang ayah yang membiarkan anaknya menangis. Namun, setelah sang ayah menjelaskan bahwa anaknya menangis karena baru saja kehilangan ibunya pagi itu, dan sang ayah tak mampu untuk menghilangkan kesedihan anaknya, maka seketika sikap para penumpang bus berubah. Yang tadinya jengkel, menjadi terharu. Yang tadinya benci, menjadi simpati.

“Masih banyaknya persepsi negatif tentang Islam, bukan karena mereka (yang apriori terhadap Islam) benar-benar menemukan hal-hal jelek tentang Islam, tapi lebih karena kita yang kurang memberikan informasi tentang baiknya Islam pada mereka. Dengan kata lain, kita ikut andil terhadap munculnya persepsi-persepsi negatif tentang Islam tersebut (jika kita hanya berpangku tangan),” tambahnya lelaki yang merupakan dosen Universitas Dr. Sutomo Surabaya tersebut.

Sesuai dengan judulnya, materi yang disampaikan pun baru sebatas pengetahuan dasar dan pengenalan dasar-dasar jurnalistik, seperti jenis-jenis berita, membuat outline berita, hingga ulasan tentang pentingnya dakwah lewat media. Tak ketinggalan, peserta juga diajari untuk meng-upload artikel ke website resmi PPG Surabaya Selatan. Semua disampaikan dengan runtut dan bertahap, agar peserta yang masih dalam kategori pemula namun punya semangat yang luar biasa tersebut dapat mengerti.

Tentu saja, ilmu-ilmu jurnalistik yang cukup banyak tersebut tidak dapat disampaikan lengkap dalam satu kali pertemuan yang hanya tiga jam tersebut. Karena itu, pihak panitia sudah merencanakan Pelatihan Jurnalistik lanjutan yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 8 maret 2015 di tempat yang sama. Untuk menjaga kesemangatan para peserta, panitia memberikan “PR” untuk membuat artikel kegiatan-kegiatan pembinaan generus di daerahnya masing-masing dan nantinya di upload ke website PPG Surabaya Selatan.  2 Artikel terbaik akan mendapatkan hadiah modem eksklusif dari panitia. Artikel ditunggu hingga sebelum pelaksanaan pelatihan tahap II. Jadi, masih ada lebih kurang 2 minggu untuk menyusun artikel. So, tunggu apa lagi? Ayo buat artikel sebagus dan semenarik mungkin. (Riko Lazuardi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here