LDII memperkuat jalinan komunikasi dengan seluruh ormas Islam di Kabupaten Mojokerto melalui Pengajian Al-Mudzakarah. Kegiatan itu diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Mojokerto bekerjasama dengan DPD LDII Kabupaten Mojokerto, Sabtu (10/12) di Masjid Al-Manshurin, Kecamatan Ngoro.
“Hubungan dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat antar umat beragama dapat berjalan dengan baik. Stakeholdernya adalah komunikasi,” ujar Yohan Abdillah, Ketua DPD LDII Kabupaten Mojokerto.
Kegiatan itu dihadiri 1.200 orang peserta yang terdiri dari warga LDII DPD Kabupaten Mojokerto dan beberapa ormas, yakni ‘Aisyiyah, Muslimat NU, Fatayat NU, NU Cinta Indonesia (NCI), MUI Kecamatan Bangsal dan MUI Kecamatan Ngoro. Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa pejabat, yakni Ketua Umum MUI Kabupaten Mojokerto, Ketua PC NU, Ketua PD Muhammadiyah, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kemenag, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Ketua Forum Pembauran Kebangsaan, Dewan Pertimbangan MUI serta Bupati Mojokerto.
“Alhamdulillah dalam acara Al-Mudzakarah kali ini semua pejabat ormas hadir,” terang Yohan.
Yohan juga mengatakan bahwa selain urusan keagamaan, bentuk kerjasama LDII dengan MUI yang lainnya adalah dengan keaktifannya mendukung kegiatan Gerakan Anti Narkoba. Dengan begitu LDII dan MUI sama-sama punya andil membantu aparat mengatasi gangguan narkoba dalam masyarakat.
“Bentuk program kerja dalam pembinaan. Selain keagamaan yaitu Ketua LDII menjadi Ketua Gerakan Anti Narkoba. Sehingga tak hanya komunikasi dengan ormas Islam yang berjalan dengan baik, komunikasi dengan pejabat yang ada di kepolisian dan TNI itu alhamdulillah juga lancar,” imbuhnya.
Gerakan Anti Narkoba adalah gerakani yang bersifat sosial, mandiri dan terbuka tanpa membeda-bedakan asal-usul suku, agama, ras, dan golongan. Gerakan Anti Narkoba dibentuk dengan tujuan menyelamatkan bangsa Indonesia, khususnya generasi muda dari ancaman bahaya akibat peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum MUI Kabupaten Mojokerto, KH Cholil Arphaphy juga menjelaskan bahwa Al-Mudzakarah biasanya membahas segala persoalan agama termasuk masalah kekinian. Oleh karena itu tempat pelaksanaan acara Al-Mudzakarah yang diadakan oleh MUI selalu berpindah-pindah dari masjid satu ke masjid yang lain.
“Saya sepakat dengan para pengurus bahwa pengajian Al-Mudzakarah ini tempatnya di masjid. Tidak memandang itu masjidnya siapa. Masjid NU kita tempati. Masjid Muhammadiyah kita tempati, masjid LDII juga kita tempati. Bahkan masjid-masjid umum juga kita tempati. Dalam rangka kita silaturahmi ketemu bersama saling kenal mengenal,” ujar Cholil.
Pengajian diberi nama Al-Mudzakarah yang memiliki arti saling mengingatkan. Yang duduk di depan menyampaikan dan yang duduk di bawah mendengarkan. “Di dalam Al-Mudzakarah kita saling memberikan informasi antara ulama dan umara’,” ujarnya. (ysy)