Sebagai rakyat Indonesia kita selalu mewaspadai adanya suatu gerakan yang mengusik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sekarang semakin banyak gerakan radikal yang bermunculan, suatu gerakan mengatasnamakan rakyat, politik maupun agama yang menghalalkan segala cara untuk mendirikan suatu negara, salah satunya dengan cara kekerasan.
Hal tersebut disampaikan Komandan Korem 084 Bhaskara Jaya Kolonel Inf. Mohammad Nur Rahmad dalam acara wawasan kebangsaan Pembinaan Keluarga Besar TNI (Bin KBT) di Makorem 084/BJ, Senin (29/6/2015).
Nur Rahmad menjelaskan, Gerakan radikalisme merupakan suatu golongan yang tidak mau hidup berpancasila. Golongan tersebut ingin merubah ideologi pancasila dengan ideologi lain.
“Merubah pancasila berarti sama saja membubarkan NKRI. Siapa yang mengusik, menyinggung dan merubah NKRI berarti musuh!,” kata Nur Rahmad.
Perkembangan golongan radikalisme sifatnya terus-menerus dan begitu cepat tersebar. Mereka melakukan dengan cara penghasutan, menyebar desas desus isu, fitnah, mengadudomba antar pemeluk agama dan menyebar selebaran gelap sehingga rakyat dibuat bingung.
“Mereka sekarang mempunyai Gerakan Raki berupa demokrasi partisipatif, partoris, memperkenalkan masyarakat tertindas diluar konsep marxisme (teori komunisme), pandangan cenderung anti agama dan menolak kekeluargaan. Mereka tidak mengenal yang namanya kalah dalam peperangan, mereka menyebutnya pasang surut perjuangan,” papar Nur Rahmad.
Dalam perkembangan zaman yang semakin canggih sekarang peperangan bergeser, tidak lagi terjadi gencatan sejata namun sekarang berperang menggunakan/memanfaatkan pihak ketiga melalui berbagai aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (Ipoleksosbud) atau sering disebut proxy war.
Disinilah peran pemuda sangat penting dalam melawan proxy war. Pemuda harus bisa memahami wawasan kebangsaan, hindari tawuran antar pemuda, pelajar, mahasiswa dan jauhi narkoba. Untuk menjajah NKRI, mereka a berusaha merusak generus bangsa.
Apakah proxy war sudah masuk di Indonesia? Indonesia sudah mengalaminya dengan lepasnya Timor Timur dari NKRI. Peristiwa tersebut merupakan sejarah pahit sekaligus menjadi pelajaran bagi Indonesia. Apakah lepasnya Timor timur dengan gencatan senjata? Tidak. Inilah yang dinamakan proxy war.
“Sebenarnya musuh ada disekitar kita, tetapi kita tidak pernah tahu. Proxy war tidak bisa terlihat mana lawan dan mana kawan,” ungkap Nur Rahmad.
Acara wawasan kebangsaan Pembinaan Keluarga Besar TNI ini dihadiri berbagai ormas diantaranya, Putera Surabaya (Pusura), Patriot Garuda Surabaya, Pemuda Pancasila Surabaya, Nahdlatul Ulama (NU) Surabaya, Muhammadiyah Surabaya, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Surabaya, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/POLRI Indonesia (FKPPI) Surabaya, GP Anshor Surabaya, Banser Surabaya, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Surabaya, Pemuda Pancasila Surabaya, Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Surabaya, Pemuda Panca Marga (PPM) Surabaya, Bonek, Klandestine Surabaya.
Nur Rahmad berharap dengan pertemuan keluarga besar TNI dengan Ormas yang bertepatan dengan bulan ramadhan ini bisa nyedulur, menyambung tali Silaturahim sekaligus menambah spirit untuk menjaga dan mengawal NKRI. (Sofyan Gani)