Salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan mampu untuk menerjemahkan visi dan misi organisasi dalam bentuk kegiatan konkrit.
Tidak terkecuali pula untuk Penggerak Pembina Generus (PPG), bagian dari organisasi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang mempunyai tupoksi membina dan menggerakkan generasi penerus. Semakin banyak kegiatan yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula dibutuhkan SDM yang siap untuk mengawal kegiatan organisasi hingga sukses. Tidak elok jika hanya mengandalkan orang orang tertentu saja. Jangan sampai muncul fenomena 4L (loe lagi, loe lagi) dalam setiap kegiatan, yang berarti dari banyaknya kegiatan, yang mengurusi hanya orang yang itu itu saja. Sedikit atau bahkan tidak ada kader baru yang terlibat.
Jika fenomena 4L ini terjadi, maka dapat beresiko “kelelahan” yang dialami punggawa-punggawanya, yang nantinya dapat mengakibatkan acara/kegiatan tidak terkelola dengan baik. Untuk itu, perlunya adanya pemberdayaan generasi muda sebagai kader di tiap organisasi, guna memenuhi kebutuhan SDM yang kian banyak.
Tapi, tentu saja hal tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Tidak mudah untuk mencari bibit-bibit generasi muda yang mau meluangkan waktu untuk menjadi pengurus organisasi maupun panitia suatu kegiatan. Hal ini tampaknya juga dialami oleh pengurus PPG dari 5 daerah Kendari, yaitu Kendari Kota, Lepo-Lepo, Bau-Bau, Raha dan Wanci. Hal tersebut terungkap dalam acara studi banding yang mereka lakukan dengan pengurus PPG Korda Surabaya Selatan, Jumat (6/11) yang lalu.
“Generasi muda di daerah kami, banyak sekali yang merantau selepas lulus SMA, sehingga relatif sulit bagi kami di Kendari untuk mencari bibit-bibit yang mampu dan mau untuk menjadi pengurus PPG” keluh Dr. Sudrajad, Pembina PPG Daerah Kendari Kota dalam acara yang diselenggarakan di sekretariat PPG Korda Surabaya Selatan, Jl. Karangrejo Gg Baru no 7.
Karena dasar itulah, ke 5 daerah dari luar Jawa tersebut sepakat untuk ngangsu kawruh ke pengurus PPG Korda Surabaya Selatan, yang dinilai cukup berhasil memberdayakan generasi mudanya.
Mendapat keluhan seperti itu, pengurus PPG Korda Surabaya Selatan memberikan beberapa tips metode pemberdayaan generasi mudanya. “Menurut kami, pada prinsipnya, tidak ada orang yang tidak punya potensi. Tidak ada orang yang tidak punya peran. Tinggal bagaimana kita menempatkan mereka dengan baik, sehingga dapat berperan dengan maksimal, sesuai potensi mereka,” jelas Riko Lazuardi, wakil ketua PPG Korda Surabaya Selatan.
Riko menjelaskan, sebelum memberdayakan, kita perlu untuk memetakan para pemuda menjadi 4 kelompok, yaitu :
Kelompok 1 : pemuda dengan skill yang baik dan motivasi yang baik.
Kelompok 2 : Pemuda dengan skill yang baik, namun motivasinya kurang baik.
Kelompok 3 : Pemuda dengan skill yang kurang baik, namun motivasinya baik.
Kelompok 4 : Pemuda dengan skill kurang baik dan motivasi kurang baik.
Orang-orang yang masuk dalam kelompok pertama adalah kelompok yang paling diharapkan. Selain skill dan pengalamannya mumpuni, mereka juga punya semangat yang tinggi untuk memaksimalkan potensinya.
Orang-orang seperti ini, adalah orang yang siap pakai. Cara memberdayakan kelompok ini sangat mudah, tinggal diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan, maka mereka langsung bisa mengerjakan, tanpa banyak dibimbing. Biasanya, orang-orang seperti ini jumlahnya tidak banyak, jadi harus dikelola dengan baik. Jangan sampai karena potensi mereka yang sangat besar, semua tugas justru dibebankan pada mereka, yang akhirnya menimbulkan kelelahan dan kejenuhan.
Kelompok kedua (skill baik, motivasi kurang baik), adalah kelompok yang perlu benar-benar dikelola dengan baik. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang sangat berpengalaman dan punya wawasan yang baik, namun semangatnya kurang baik. Bisa karena “salah tempat”, dalam arti mereka ditempatkan dalam bidang yang tidak cocok dengan mereka, bisa pula karena mereka tidak punya waktu untuk kesibukan mereka.
Untuk memberdayakan orang seperti ini, bisa dipakai dua cara, sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi dimana terjadi “salah tempat”, tentu saja langkah pemberdayaan yang kita ambil adalah menempatkan mereka pada tempat yang tepat. Cara paling mudah adalah menanyakan pada mereka, bidang apa yang paling cocok untuk mereka, sehingga diharapkan mereka ada di tempat yang mereka inginkan. Pada kondisi dimana kesibukan yang menjadi kendala mereka untuk dapat berperan, maka libatkanlah mereka sebagai “konsultan”. Jadikan mereka menjadi bagian dari kegiatan, melalui ide-ide dan masukannya. Jadikan pengalaman dan kemampuan mereka yang baik menjadi masukan berharga untuk kita. Adapun tim pelaksananya, dapat dibantu rekan-rekan lain yang lebih luang waktunya.
Kelompok ketiga (skill kurang baik namun motivasinya sangat baik), biasanya didominasi generasi muda yang kaya akan semangat, namun masih miskin pengalaman. Mereka inilah yang biasanya menjadi ujung tombak dalam melaksanakan kegiatan, dan seringkali jumlahnya cukup besar. Tentu, kita perlu memberdayakan mereka dengan cara yang tepat. Salah satu cara yang bisa diambil adalah membekali mereka dengan informasi yang cukup dan dilengkapi semacam petunjuk pelaksanaan (juklak) yang detail, mencakup langkah-langkah yang perlu diambil dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan. Hal itu sedikit banyak dapat menutupi kurangnya pengalaman mereka kelompok ini juga akan efektif jika dipasangkan dengna kelompok kedua.
Terakhir adalah kelompok ke empat (skill kurang, semangat kurang). Bagaimana cara memberdayakan orang-orang dalam kelompok ini? Memang sulit dan butuh perjuangan. Tidak perlu memaksakan mereka untuk terlibat dalam kepengurusan atau kepanitiaan kegiatan. Cukup jadikan mereka “penikmat” kegiatan yang baik. Biarkan mereka merasa senang mengikuti kegiatan pembinaan sebagai “peserta”. Namun, jika kita tetap ingin memberdayakan mereka pun, sebenarnya sah-sah saja. Namun harus disertai pendampingan yang baik, dan petunjuk informatif dan memudahkan. “Itulah pendekatan yang dilakukan oleh pengurus PPG Korda Surabaya Selatan. Memang mungkin belum ideal dan masih perlu ditingkatkan lagi. Namun, alhamdulilah, sejauh ini berjalan cukup baik,” tutup Riko. (Riko Lazuardi)