Dalam rangka Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2017, Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya mengadakan kunjungan sekaligus memberikan sosialisasi tentang bahaya narkoba kepada para santri Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Khoirul Huda Surabaya.

Acara ini bertepatan dengan adanya asrama Al-Qur’an di PPM Surabaya, Sabtu (3/6).

Dalam acara ini hadir pula pengurus DPD LDII Surabaya, Bambang Wahyu Wijonarko. Dalam sambutannya Ia menyampaikan bahwa sosialisasi bahaya narkoba yang dilakukan BNNK Surabaya sangat penting bagi para santri maupun mahasiswa.

“Khususnya di dunia kerja yang pastinya para santri PPM Khoirul Huda Surabaya nantinya akan terjun ke dunia kerja terutama di bidang bisnis, narkoba tak dapat terhindarkan,” kata Bambang.

Acara yang diadakan di Aula utama PPM Khoirul Huda Surabaya ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan akibat penyalahgunaan narkoba. Juga untuk mengetahui ciri-ciri penyalahgunaan narkoba.

Selain itu, acara ini juga mengajarkan untuk peduli terhadap teman sejawat agar terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Hal terpenting adalah BNN mampu memberikan fasilitas rehabilitas bagi korban penyalahgunaan narkoba.

“Sebenarnya narkoba ini tidak berbahaya, tapi akan berbahaya dan bahkan sangat berbahaya ketika disalahgunakan,” tutur Choirudin, perwakilan BNNK Surabaya.

Menurut Choirudin, di tahun 2014/2015 jumlah pengguna narkoba di Jatim bertambah. Rata-rata pengguna berusia 15-20 tahun. Ini artinya kebanyakan pengguna narkoba terdiri dari pelajar dan mahasiswa.

“Ada 48 rutan di Jatim dengan jumlah narapidana sebanyak 21.000. Dan 30 persennya masuk penjara karena kasus narkoba. Berarti kasus narkoba ini sudah menghawatirkan,” tegas pria kelahiran Jombang tersebut.

Dampak dari narkoba ini ada tiga sesuai dengan kelompoknya yakni depresansia, stimulansia dan halusinasi. Ia menyebutkan dari 73 tersangka pengguna narkoba yang diajukan ke BNN Surabaya, hanya tiga orang yang tidak menggunakan narkoba kelompok stimulansia.

Kelompok stimulansia seperti sabu-sabu, ekstasi dan nikotin ini yang paling banyak digunakan karena banyak pengguna menganggap bahwa narkoba jenis ini dapat menghantarkan energi positif. Saat dosis ini bekerja, otak seakan-akan memberikan energy positif dan menimbulkan kegairahan. Tapi permasalahannya setelah penggunaan ke-5, 6 dan seterusnya secara naluri tubuh akan meminta narkoba dengan sendirinya.

“Bila tidak dituruti maka pengguna akan merasa ada yang kurang, merasa lemas dan tidak semangat,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan tingkatan pengguna narkoba yakni coba pakai, teratur pakai, kecanduan. Rata-rata kecanduan narkoba 90 persen berawal dari rokok. Bagi para pecandu narkoba, hidupnya untuk narkoba dan narkoba untuk hidup.

Kecanduan narkoba oleh Choirudin diibaratkan seperti orang yang putus cinta. Walaupun sudah direhabilitasi tapi otak yang sudah terlanjur rusak oleh narkoba akan timbul lagi rasa ingin memakai narkoba entah dalam jangka waktu yang lama atau tidak. “Tidak ada jaminan pecandu narkoba akan berhenti total tidak memakai narkoba,” pungkasnya.

Inilah hebatnya narkoba, tegas pria yang menjadi seksi rehabilitasi sejak 2012. Maka sebelum terlanjur, kita harus kuatkan diri untuk menolak narkoba dari siapapun dan apalagi sampai coba-coba memakainya.

Ia juga menambahkan untuk tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba maka harus mengikuti rehabilitasi rawat inap. Tapi bagi pengguna yang masih coba pakai maka bias mengikuti rehabilitasi rawat jalan dengan konsultasi ke BNN setiap hari Sabtu dan Minggu. (Pathrisia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here