Camat Kenjeran Drs I Gede Yudhi Kartika mengundang elemen masyarakat di wilayahnya dalam acara Halal Bihalal, Rabu (13/7) di Aula Kecamatan Kenjeran.

Sekitar 100 orang elemen masyarakat ikut hadir beserta para undangan dari Danramil Kenjeran Mayor Inf Nur Irianto, perwakilan dari Kapolsek Kenjeran Ipda Totok, Departemen Agama Kota Surabaya ustadz H.Abdul Aziz, MUI Kecamatan Kenjeran, para lurah se-Kecamatan kenjeran serta PC LDII Kec.Kenjeran Agus Djatmiko.

Dalam sambutannya, camat Kenjeran mengharapkan support dari elemen masyarakat seperti Koramil, Polsek, LDII dan yang lainnya agar ikut membantu membangun Kecamatan Kenjeran menjadi lebih baik lagi. “Apalagi dalam waktu dekat ada event besar dimana kota Surabaya akan menjadi tuan rumah kegiatan yang bertingkat nasional,” imbuhnya.

Halbil Kenjeran 130716_1

Adapun tema Halal Bihalal tahun ini adalah “Jalin Silaturahim, Tingkatkan Kekeluargaan & Kebersamaan Guna Peningkatan Kinerja dan Etos Kerja”. Maksud dari tema ini agar para pegawai Kecamatan Kenjeran lebih meningkatkan kinerja dan etos kerja yang baik dalam melayani masyarakat.

Acara ini juga diisi dengan nasehat agama yang disampaikan oleh ustadz H. Abdul Aziz dari Departemen Agama Kota Surabaya. Tema nasehat tentang filosofi ketupat. Di hari raya idul fitri kerap identik dengan simbol ketupat. Ketupat menjadi makanan yang selalu ada saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Awal mulanya ketupat diperkenalkan oleh Sunan Bonang pada abad ke-15 di Jawa. Ketupat atau kupat merupakan singkatan dari “Ngaku Lepat” yang artinya mengakui kesalahan. Yang kedua mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan.

“Ketupat memiliki sisi sebanyak 4 yang juga memiliki arti 4 tindakan, yakni Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan”. Lebaran merupakan pintu ampunan terbuka lebar (hubungan dengan Allah). Luberan berarti meluber atau melimpah, sebagai wujud kepedulian kepada sesama manusia (horizontal). Leburan bermakna lebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan keslahan kita akan melebur. Setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Sedangkan laburan bermakna labur atau kapur. Kapur adalah zat yang digunakan untuk menjernihkan air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan bathin satu sama lain,” jelas ustadz Abdul Aziz.

Inilah mengapa pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri ada tradisi saling memaafkan, walaupun banyak orang bilang bahwa tak perlu menunggu lebaran untuk minta maaf, nyatanya banyak sekali kesalahan yang belum kita mintakan maaf maupun kita maafkan sebelum datangnya hari yang fitri tersebut. Hantaran “kupat santen” sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya di balas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf, kita juga harus bersedia memberi maaf.

Sementara itu Agus Djatmiko selaku perwakilan LDII Kecamatan Kenjeran mengatakan bahwa “Acara ini sangat bermanfaat khususnya bagi warga kecamatan Kenjeran yakni untuk memupuk rasa kekeluargaan dan persaudaraan agar semakin meningkat dan akhirnya dapat berpengaruh pada etos kerja yang tinggi”. Untuk selanjutnya kegiatan seperti ini agar sering dilakukan walaupun dalam bentuk kegiatan lain. Hal yang penting adalah menjalin tali silaturahim dan meningkatkan rasa kekeluargaan serta kebersamaan di antara warga kecamatan Kenjeran,” harap Agus Djatmiko.

Acara diakhiri dengan bersalam-salaman diantara hadirin sebagai bukti saling memaafkan. Dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah makan-makan dan foto bersama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here