Pengurus Divisi Praremaja PC LDII Kecamatan Gayungan mendefinisikan kemandirian bukan semata terkait keduniaan. Untuk melatih kemandirian itulah, diadakan lomba majalah dinding (mading) dan kerajinan tangan (handycraft).
“Kemandirian tidak hanya masalah ekonomi, atau masalah keduniaan. Yang tidak kalah pentingnya adalah mandiri adalah mandiri dalam hal ibadah,” kata Fakih Fadillah, Ketua pengurus divisi praremaja.
Lomba mading dan handycraft ini sebagai ajang untuk membina dan menyadarkan generasi muda tentang pentingnya kemandirian secara utuh. Kedua lomba tersebut merupakan rangkaian lomba dalam Festival Anak Sholeh (FAS) 2017 PC LDII Kecamatan Gayungan, yang diselenggarakan 25-26 Maret 2017 di aula Pondok Pesantren Sabilurrosyidin Gayungan, Surabaya.
Peserta lomba mading adalah siswa praremaja (usia 13-15 tahun). Terdapat dua macam bentuk mading, yakni dua dimensi dan tiga dimensi. Isi mading berupa artikel unik, disertai hiasan-hiasan dan foto-foto berwarna. Total ada 9 mading yang terkumpul, semuanya mencerminkan kepribadian khas kelompok usia peralihan dari anak menjadi remaja tersebut.
Tema yang diangkat dalam lomba mading adalah kemandirian praremaja. “Tiap TPQ diminta membuat mading yang menjelaskan makna kemandirian bagi siswa praremaja, ditinjau dari kacamata dunia, maupun kacamata akhirat,” lanjut Fakih yang berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tersebut.
Berhubung peserta lomba mading merupakan siswa praremaja, tentu yang dimaksud kemandiran tidak melulu masalah mencari uang, namun disesuaikan dengan usia dan kemampuan mereka. “Mencuci, menyeterika dan melipat pakaian, menyapu lantai, memasak, adalah beberapa contoh kemandirian yang sesuai dengan usia praremaja. Kami juga sudah pernah mengadakan pelatihan ketrampilan dasar tersebut beberapa kali sebelumnya. Diharapkan bisa memberikan bekal sekaligus penyadaran tentang pentingnya kemandirian, sesuai tingkat usia mereka, ” jelas Fakih.
Sementara itu, lomba handycraft dikhususkan bagi peserta dari kelompok usia remaja (15-30 tahun). Panitia menyiapkan bahan baku karton dan kardus untuk merangsang kreativitas peserta. Karya-karya unik dari sembilan TPQ tersaji rapi di meja pajang yang disediakan. Beragam bentuk karya peserta seperti miniatur masjid hingga lampu hias berbahan utama karton bisa dilihat para pengunjung lomba.
Salah satu pembina remaja PC LDII Gayungan Rio Azadi, menjelaskan bahwa handycraft yang dibuat diharapkan tidak hanya bernilai manfaat tinggi, namun juga bernilai jual tinggi. “Diharapkan lomba pembuatan handycraft ini dapat memotivasi para remaja untuk memaksimalkan potensi dan kreativitasnya menjadi sesuatu yang produktif dan menghasilkan uang,” jelas Rio.
Penilaian dilakukan oleh juri yang telah ditunjuk oleh panitia. Dari lomba ini diharapkan peserta menjadi generasi yang mandidi. “Jadi, sekarang bukan zamannya generasi muda untuk berpangku tangan dan hanya mengharapkan bantuan orang tua. Generasi muda harus bisa mandiri dan berdaya saing tinggi,” tutup Rio. (Riko Lazuardi)
Other articles you might like;