Pondok pesantren tak perlu ditakuti sebagai tempat untuk mencari ilmu agama. Meskipun beragam aturan diterapkan di sana yang “seolah-olah” membatasi kenikmatan duniawi.
“Mondok bisa menyenangkan. Mondok bisa bisa bahagia. Mondok bisa menjadi pengalaman indah tak terlupakan,” kata Sovia Sahid, S.Psi, M.Psi seorang psikolog yang mengisi Pelatihan Kader Kesehatan Pondok Pesantren, Sabtu, (28/1) lalu di Aula Gedung DPW LDII Jawa Timur, Surabaya.

Sovia mengatakan bahwa dengan mondok pun siswa bisa bahagia. Banyak hal baru yang bisa ditemukan saat berada di pondok. Siswa pondok pesantren perlu mempersiapkan tiga hal. Pertama, adaptasi (mengubah kebiasaan). Kedua, belajar berinteraksi. Ketiga, bekerjasama dengan siswa lain.
Tiga hal di atas akan berubah menjadi kendala jika siswa yang bersangkutan tak mampu melakukan perubahan. Mengingat rata-rata waktu mondok tiap siswa antara 1-2 tahun, sehingga masalah yang membuat galau sangat mungkin terjadi.
“Ada 3 hal yang sering menjadi kendala utama saat mondok, yaitu motivasi yang kurang, sulit beradaptasi, dan masalah interaksi dengan teman sesama mondok. Jika tidak diatasi dengan baik, maka dapat menghambat keberhasilan mondok,” jelas psikolog yang juga menjadi pengurus DPW LDII Jawa Timur tersebut.

Untuk itu, Sovia memberikan beberapa kiat mengatasi galam saat mondok berdasarkan pengalaman pribadinya. Kiat pertama adalah meluruskan niat, semata-mata untuk ibadah, dan memperjuangkan agama Allah. “Jika niat kita sudah benar, insyaalloh kita akan senantiasa termotivasi dalam mencari ilmu saat mondok,” jelas Sovia.
Selain itu, ketika mondok, siswa harus punya tujuan dan target yang jelas. “Tuliskan tujuan anda, jangan hanya di awang-awang. Dengan menuliskan tujuan anda, secara tidak langsung anda telah berusaha memperbarui motivasi,” lanjut Sovia.
Kiat berikutnya adalah selalu berusaha untuk mengatur waktu dengan baik, dan menyibukkan diri dengan hal yang positif, seperti mencari ilmu. “Ingat, mumpung masih longgar, masih muda, masih banyak waktu, belum banyak tanggungan, manfaatkan sebaik mungkin untuk mencari ilmu. Jangan menunggu tua,” tambah wanita yang juga membuka praktik konsultasi psikologi tersebut.
Tidak lupa, Sovia juga mengingatkan bahwa kehidupan pondok sangatlah heterogen, penuh dengan kebiasaan dan karakter masing-masing. Jadi harus belajar beradaptasi dan belajar untuk bekerjasama. Terakhir, Sovia menekankan bahwa kiat yang paling penting adalah memperbanyak doa. “Selalu meminta kemudahan dan keberhasilan pada Alloh, terutama di waktu-waktu yang mustajab, seperti saat sepertiga malam yang akhir atau setelah sholat 5 waktu,” tutup Sovia. (Riko)
Other articles you might like;